Tuesday, April 30, 2013

Setan Penyeru Zina


Al - A'war, Setan Penyeru Zina

Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 20 Oct, 04 - 2:29 am

Memoles kesesatan agar tampak baik dan menarik hati adalah jurus abadi iblis dan antek-anteknya. Bahkan inilah jurus pertama iblis sebelum menggoda manusia untuk bergumul dengan dosa. Allah berfirman:
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (Al-Hijr 39)

Maka setan menghiasi perbuatan keji terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan menyesatkan manusia. Ibnul Qayyim mengomentari ayat tersebut: “Di antara strategi iblis adalah menyihir akal secara kontinyu hingga terpedaya, tidak ada yang selamat darinya kecuali yang dikehendaki Allah. Dia menghiasi perbuatan yang hakekatnya menimbulkan madharat sehingga tampak sebagai perbuatan yang paling bermanfaat. Begitupun sebaliknya, dia mencitrakan buruk perbuatan yang bermanfaat sehingga nampak mendatangkan madharat…”

Komandan Setan Penyeru Zina


Strategi yang sama ditempuh oleh iblis laknatullah ‘alaih untuk menyebarkan luaskan perbuatan zina yang merupakan dosa besar di dalam Islam. Tidak hanya itu, iblis menjadikan hal ini sebagai target utama, sehingga dia melakukan sayembara bagi setan manapun yang mampu menjerumus-kan manusia kepada zina, maka iblis akan memakaikan mahkota di kepalanya sebagai tanda jasa.

Rasululah bersabda tentang hal ini:
“Jika datang pagi hari, Iblis menyebar para tentaranya ke muka bumi lalu berkata, “Siapa di antara kalian yang menyesatkan seorang muslim akan aku kenakan mahkota di kepalanya.” Salah satu tentaranya menghadap dan berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga mau menceraikan istrinya.” Iblis berkata: “Ah, bisa jadi dia akan menikah lagi.” Tentara yang lain menghadap dan berkata: “Aku terus menggoda si fulan hingga ia mau berzina.” Iblis berkata: “Ya, kamu (yang mendapat mahkota)!” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1280)

Iblis juga menyiapkan pasukan khusus yang dikomandani oleh anaknya sendiri bernama Al-A’war. Mujahid bin Jabr, murid utama Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya bernama Al-A’war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat zina dan menghiasinya agar nampak baik dalam pandangan manusia. (Talbisul Iblis, Ibnu Al-Jauzy hal. 41)

Al-A’war juga merekrut para setan dari golongan manusia sebagai tim sukses untuk mengkampanyekan perbuatan zina. Segala cara ditempuh, segala sarana dan media digunakan.

Memasang Banyak Umpan


Sebagaimana seorang pemancing, dia harus memasang umpan agar ikan mau mendekati kailnya. Maka setan memasang umpan agar si korban mau mendatangi perangkapnya. Umpan tersebut berupa ‘Nisa’un kaasiyat ‘ariyat’, wanita yang berpakaian telanjang, pornografi, porno aksi dan perangkatnya.

Umpan tersebut dipasang di tempat-tempat yang strategis, sehingga memungkinkan bagi mangsa untuk melihatnya. Di antara tempat strategis tersebut adalah televisi dan media cetak. Maka jika kita lihat di televisi kita banyak berjejal wanita yang berpakaian tapi telanjang, lagu dan tarian erotis, film-film jorok yang bisa disaksikan oleh semua orang. Itu pertanda setan Al-A’war telah berhasil merekrut banyak orang untuk dia jadikan sebagai umpannya. Demikian pula dengan tabloid, koran dan majalah-majalah berjenis kelamin ‘XXX’ yang menjadikan pornografi sebagai menu utama.

Dibumbui Dengan Istilah Penyedap Rasa


Al-A’war tidak membiarkan umpan-umpan itu menyebar begitu saja. Karena masih banyak orang-orang waras yang akan merusak umpannya. Akan banyak orang-orang sehat yang akan menegur, mencela dan memusuhinya. Untuk itu, dia menciptakan istilah dan kilah sebagai penyedap rasa. Sehingga yang antipati menjadi netral, yang netral menjadi simpati, yang simpati menjadi bala-tentaranya.

Di antara istilah yang diilhamkan Al-A’war kepada para anteknya dari golongan manusia adalah menamakan budaya telanjang sebagai bentuk kemajuan, pacaran sebagai upaya penjajakan dan persiapan, nyanyian jorok dan tarian erotis sebagai seni dan porno aksi disebut sebagai kebebasan berekspresi.

Bisa dibilang bahwa menamakan perbuatan keji dengan istilah yang berasumsi baik adalah jurus tersendiri di antara jurus iblis yang diwariskan kepada generasinya. Seperti ketika dia membujuk Adam dengan perkataannya:
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Thaha: 120)

Dia menyebut pohon yang dilarang dimakan buahnya dengan pohon Khuldi, pohon yang apabila dimakan buahnya menyebabkan dia kekal di jannah.

Tidak berbeda dengan yang dilakukan setan hari ini, mereka memberi istilah perbuatan keji dengan nama yang disukai hati.

Informasi yang menyesatkan diiringi dengan gambar yang menggiurkan jika datang secara bertubi-tubi akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa, atau seakan kebenaran yang layak untuk dibela. Sebagaimana yang telah dimaklumi bahwa dengan pemberitaan yang terus menerus, berita dusta dianggap fakta, kesesatan menjelma sebagai kebenaran dalam pandangan manusia. Konon media barat tidak mengenal berita yang benar atau yang salah, tetapi berita cerdas atau bodoh. Berita cerdas adalah yang dikemas sehingga tak nampak kedustaannya sedangkan berita bodoh adalah berita yang tampak kedustaannya.

Nampaknya usaha Al-A’war dan bala tentaranya betul-betul menuai panen raya. Begitu banyak generasi kita yang jatuh ke dalam pelukannya. Mereka mengikuti bujuk rayu Al-A’war, mendatangi umpannya, lalu menelan kailnya. La haula walaa quwwata illa billah.

Akan tetapi, tidak sepantasnya kita berputus asa, karena betapapun gigihnya usaha setan, bagi orang yang beriman dan konsisten dengan keimanannya, tipu daya setan itu lemah:
“Karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (An-Nisa’: 76)

Menjauhi umpan setan, merusaknya hingga nampak maksud jahatnya di hadapan manusia adalah sebagian solusi dan benteng bagi kita dan umat Islam dari serangan Al-A’war dan bala tentaranya, Wallahul muwaffiq. (Majalah Ar Risalah)

Setan Penyebar Gosip


Al - Masuth, Setan Penyebar Gosip

Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 18 Oct, 04 - 2:17 am

Memang enak mengumbar lisan, tapi jangan tanyakan akibatnya. Hanya sepatah kata, tanpa disadari bisa menjadi sebab bagi seseorang untuk masuk ke jurang neraka yang amat dalam. Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya, ada seseorang yang berkata sepatah kata saja di mana dia menganggap tak ada dampaknya namun itu (menjadi sebab) dia terlempar ke dalam neraka sejauh tujuh puluh musim.” (HR. at-Tirmidzi)

Kebanyakan orang yang masuk neraka juga karena lisannya, seperti sabda Nabi SAW:
“Adakah yang menenggelamkan hidung (wajah) manusia ke dalam neraka selain dari hasil perbuatan lisan mereka?” (HR. Ahmad)

Sabda Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa lisan adalah penyebab yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, meskipun dia seorang muslim. Namun, siksa yang menimpa muslim pasti ada akhirnya.

Para sahabat yang memahami betapa dahsyatnya bahaya lisan, sangat berhati-hati menjaga lisannya. Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Tiada yang lebih layak untuk banyak dipenjarakan selain dari lisan saya.”

Iblis juga memahami hal ini. Menjerumuskan manusia ke dalam dosa lisan menjadi wilayah garap utamanya. Maka diangkatlah seorang anaknya menjadi pasukan khusus penyebar gosip. Qatadah menyebutkan, Iblis memiliki anak bernama al-Masuth yang bertugas khusus untuk membuat gosip, menyebarkan kabar burung yang tak jelas asalnya dan belum tentu kebenarannya, sekaligus menyebarkan kedustaan. Al-Masuth memperalat orang-orang yang hobi menyebar gosip menjadi perpanjangan lidahnya.

Dosanya Sesuai dengan Andilnya


Gosip berpotensi besar merusak kehormatan muslim, merapuhkan ukhuwah Islamiyah dan bahkan memicu terjadinya peperangan antara kaum muslimin. Seperti terjadi pada persitiwa ‘haditsul ifki’, berita dusta, di mana banyak rumor berkembang bahwa ummul mukminin Aisyah telah berbuat tidak senonoh dengan sahabat Shafwan. Akan tetapi Allah membersihkan nama beliau ra, sekaligus mengancam pelakunya dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (QS. an-Nuur: 19)

Orang-orang yang menyebarkan gosip tidak berada pada satu level dosa, tetapi tergantung besar kecil andilnya dalam menyebarkan gosip. Allah berfirman tentang orang-orang yang ikut andil dalam haditsul ifki:
“Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. an-Nuur: 11)

Cara Kerja Setan Penyebar Dusta


Untuk menyebarkan berita bohong, setan memiliki cara yang halus dan licik. Dia tidak membisikkan ke hati manusia yang menjadi perpanjangan lidahnya untuk menyebarkan berita yang seluruhnya dusta. Tetapi dia menyelipkan berita yang benar di tengah tumpukan segudang kedustaan. Sehingga ada alasan untuk membela diri bahwa yang dikatakannya tidak semuanya salah, tapi ada juga yang benar.

Alasan lain, pihak yang digosip tidak marah, bahkan merasa senang. Seperti terjadi hari ini, banyak artis malah bangga menjadi obyek gosip, meski isinya miring. Kadang-kadang justru membuat sensasi agar digosipkan demi mendongkrak kete-narannya. Seperti pepatah Arab ‘bul zam-zam fa tu’raf’, kencingilah zam-zam niscaya engkau akan terkenal. Alasan ini tidak merubah status larangan menggosip orang, menceritakan semua kabar yang didengar. Nabi SAW memvonis orang yang gemar menceritakan setiap kabar yang didengarnya dengan predikat ‘pendusta.’ Beliau SAW bersabda:

“Cukuplah seseorang dikatakan dusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim)

Mengapa orang yang menceritakan semua yang didengarnya divonis sebagai pendusta? Karena tidak setiap kabar yang sampai kepadanya itu fakta yang benar-benar terjadi. Besar kemungkinan bahkan pasti ada diantaranya yang ternyata dusta. Jika dia menceritakan semua yang didengarnya, berarti ada juga berita dusta yang dia ceritakan kepada orang lain, maka jadilah dia pendusta.

Di sisi lain, ada informasi yang meski benar namun tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Seperti berita tentang aib maupun rahasia orang lain. Inilah yang disebut dengan ghibah. Nabi SAW bersabda: “Tahukah kalian, apakah ghibah itu? Ghibah adalah ketika engkau menceritakan tentang saudaramu apa yang tidak dia sukai?” Para sahabat bertanya: “Bagaimana menurut Anda jika apa yang kami katakan memang ada pada saudaraku itu?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan benar, maka berarti engkau telah menghibahnya, dan jika yang kamu katakan tidak ada padanya maka berarti engkau telah berdusta tentangnya.” (HR. Muslim)

Kegiatan ‘memakan bangkai’ saudaranya dan mengumbar gosip, menyebarkan kabar burung dan rumor dianggap sebagai menu yang renyah oleh kebanyakan orang. Ada yang bertujuan untuk menjatuhkan kehormatan, sekedar mengisi waktu atau untuk menghibur diri:

“Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal di sisi Allah adalah besar.” (QS an-Nuur: 15)

setan spesialis shalat


Khanzab, setan spesialis shalat

Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 19 Aug, 04 - 2:50 pm

Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang hamba di akhirat kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain, begitu pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk menggarap proyek ini. Ada setan spesialis yang mengganggu orang shalat, menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya. Setan itu bernama ‘Khanzab’.

Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda:
“Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad)

Utsman melanjutkan: “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir gangguan tersebut dariku.”

Melafazhkan Niat


Sebagaimana halnya dengan wudhu, serangan pertama yang dilakukan setan kepada orang yang shalat adalah menyibukkan ia untuk melafazhkan niat. Terkadang diiringi dengan gerakan aneh, dia membaca niat lalu mengangkat tangannya, lalu gagal dan idturunkan kembali tangannya. Dia ulangi lagi seperti itu berkali-kali hingga terkadang imam sudah rukuk atau sujud, sementara ia masih dipermainkan setan dalam niat dan takbirnya.

Niat dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika hendak shalat, namun tak ada tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat untuk melafazhkan niatnya.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam Zaadul Ma’ad berkata:
Nabi memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau tidak membaca apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama sekali. Beliau tidak mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat rekaat sebagai imam (sebagai makmum)..” Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’ atau ‘qadha’an’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang tidak disebutkan sedikitpun dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak satupun sahabat mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang menganggapnya baik, begitupun dengan empat imam madzhab.

Orang-orang belakangan yang membacanya keliru memahami perkataan Imam Syafi’i yang berbunyi 'shalat itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada orang yang memulai shalat kecuali dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa maksud beliau adalah melafazhkan niat, padahal yang dimaksud tidak lain hanyalah takbiratul ihram.”

Ingat Ini..Ingat Itu !


Serangan kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah mengerjakan shalat untuk mengingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak orang yang jasadnya mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung laba rugi perniagaan, mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan urusan ‘kebaikan’ yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran jika usai shalat seseorang menjadi ingat letak barang yang mana ia telah lupa sebelumnya. Setan rela ‘membantu’ orang itu untuk mengingatkan dan menemukan barangnya kembali, asalkan shalat yang dikerjakan menjadi rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman salaf seseorang kehilangan barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan shalat dan diapun segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba dia beranjak dari tempatnya dan mengambil barang yang telah dia ingat letaknya ketika shalat. Diapun ditanya: “Apa yang Anda dapatkan ketika shalat?” Dia menjawab: “Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya dari shalat.”

Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya tentang urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang telah dia kerjakan. Tentang godaan setan ini, Nabi SAW. bersabda:
“Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan.” (HR al-Bukhari)

Ragu antara Kentut dan Tidak


Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan, apakah dia kentut ataukah tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh setan untuk mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan shalatnya karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia berwudhu dan memulai shalatnya lagi, lalu akan digoda lagi dengan cara yang sama. Sehingga untuk satu shalat dia bisa mengulangi tiga sampai empat kali berwudhu. Bisa dibayangkan, seandainya ada lima orang saja dalam satu masjid yang terkena godaan ini, niscaya cukup membuat kacau jama’ah yang lain.

Untuk menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi dan informasi:
“Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan mencium baunya tanpa ragu. (HR Ahmad)

Di antara ulama ada yang menyebutkan bahwa hadits ini merupakan salah satu pengecualian dari hadits da’ ma yariibuka ilaa ma laa yariibuka, tinggalkan apa yang meragukan dan ambil sesuatu yang tidak meragukan. Dalam kasus ini kita dilarang membatalkan shalat kendati berada dalam keraguan antara kentut dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau mendengar suaranya.

Mencuri Perhatian


Kita juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri menengok ketika shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga tak lepas dari serangan setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya tentang orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri, beliau menjawab:
“Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud)

Untuk menangkal serangan ini, hendaknya orang yang shalat berusaha menghadirkan hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah Yang Maha Berkuasa atas segalanya. Jika Anda malu atau takut menoleh ke kanan dan ke kiri ketika berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika Anda sedang berkomunikasi dengan sang pencipta dan Penguasa para pejabat itu? (Ar risalah)

Jejak-Jejak Iblis



Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 09 Aug, 04 - 7:34 am

"Maka setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan aurat keduanya yang tertutup kepada keduanya, dan setan berkata: 'Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon itu melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)'. Dia bersumpah kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.' Dia membujuk keduanya dengan tipu daya...." (Al-A'raf: 20 -- 22).

Adam dan Hawa tinggal di surga. Iblis iri dibuatnya. Ia menyimpan dendam kesumat terhadap keduanya. Iblis pun berjanji akan mendongkel mereka dari surga. Tidak hanya itu, Iblis juga berjanji menggelincirkan anak cucu Adam sampai kiamat. Demi ambisinya, Iblis bahkan meminta dispensasi kepada Allah untuk bisa hidup sampai akhir zaman. Ia pun mencari celah untuk menggoda Adam dan Hawa. Celah itu akhirnya ia temukan. Iblis membujuk keduanya agar mendekati pohon larangan. Pohon yang Allah melarang keduanya untuk mendekati dan memakan buahnya. Keduanya tertipu, mereka mendekati dan memakan buahnya. Iblis tertawa terbahak. Akhirnya, mereka semua dikeluarkan dari surga.

Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan aurat keduanya yang tertutup kepada keduanya.... Setan tahu jika keduanya mendekati pohon larangan, aurat mereka akan tampak, karena mendekatinya adalah larangan dan melanggar larangan adalah maksiyat kepada Allah. Fawaswasa lahuma… (Iblis kemudian membisiki keduanya). Waswasah adalah bisikan hati dan suara yang pelan. Artinya, iblis melakukannya secara halus, melalui bisikan hati, dan kadang tidak terdeteksi.

Setan berkata, "Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon itu, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal di surga."

Pintu tipu daya terbesar adalah ketika Iblis berhasil mengidentifikasi keinginan Adam dan Hawa untuk kekal di surga. Demikian dikatakan oleh Ibnu Qoyyim. Keinginan…, itulah yang banyak menjadi pintu tipu daya setan. Seperti maklum, setan menggoda Anak Adam melalui aliran darah. Ia mencapai nafsu manusia dengan merasuk dan menanyainya, termasuk menanyai apa yang disukai dan apa yang tak disukai; apa yang diingini dan apa yang tak diingini. Anak Adam banyak terperdaya melalui pintu ini.

Setelah iblis berhasil mengendus keinginan moyang kita, ia menerapkan politik berikutnya. Apa itu? ia berkedok menjadi penasihat bagi keduanya. Tidak tanggung-tanggung, untuk meyakinkan Adam dan Hawa, ia harus bersumpah dengan nama Allah. Untaian kalimatnya pun dibuat simpatik, Waqaasamahumaa innii lakumaa la-minan-naasihiin (Dia bersumpah kepada keduanya, 'Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua....').

Sebuah ungkapan yang membuai, Ada penegasan dengan sumpah (waqaasamahumaa) , ada penegasan dengan kata sesungguhnya (inni), unsur objek dikedepankan dari subjek (lakumaa sebelum naasihin) yang mengandung makna pengkhususan, sehingga ayat tersebut bisa bermakna, "Nasihatku kuberikan khusus untuk kalian berdua, dan manfaatnya kembali kepada kalian berdua, bukan kepadaku."

Pekerjaan menasihati juga diungkapkan dengan isim fa'il yang menunjukkan sifat, dan bukan fi'il yang menunjukkan kejadian yang baru terjadi, sehingga ia dapat dimaknai: memberikan nasihat adalah sifat, watak, dan profesiku, bukan hal yang bersifat insiden.

Iblis juga menggambarkan dirinya sebagai salah satu dari banyak penasihat (laminan-naasihin), dengan begitu seolah dia berkata, "Banyak orang menasihatimu dalam hal ini, sedangkan aku hanya salah seorang dari mereka." Ini serupa dengan ungkapan, "Semua orang sependapat denganku dalam masalah ini, dan aku hanyalah salah seorang yang menyuruhmu berbuat begitu."

Singkatnya, iblis menggunakan politik meyakinkan, membesarkan hati, dan memberikan solusi untuk sebuah tindakan membohongi, menipu, dan memperdaya. Untuk meyakinkan, ia tampil sebagai pemberi nasihat atau konsultan profesional, yang pendapatnya diklaim mewakili pendapat kebanyakan. Bahkan, untuk menipu Adam dan Hawa, Iblis perlu menjuluki pohon larangan dengan pohon kekekalan, seperti dalam firman Allah, "Setan berkata: 'Wahai Adam, maukah kutunjukkan kepadamu pohon kekekalan (syajaratul khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa'?" (Thaha: 120).

Politik Iblis banyak ditiru pengikut-pengikutnya. Termasuk pengikutnya dari golongan manusia. Ada politik "penghalusan" semacam di atas. Kemungkaran banyak dijuluki dengan nama cantik. Judi dinamakan adu ketangkasan. Dahulu, judi bahkan dinamakan sumbangan dana sosial; pelacur dijuluki wanita idaman; riba disebut bunga; pengingkaran terhadap ayat dinamakan kontekstualisasi; penyelewengan Alquran diklaim membumikan Alquran; pembantaian penduduk sipil disebut penegakan demokrasi. Memerangi Islam disebut memerangi teroris, dan seterusnya.

Mendompleng keinginan orang juga lazim digunakan para pengikut setan. Jika mereka bermaksud mempengaruhi orang, agar maksud jahatnya terwujud, mereka memulai menyinggung keinginan, kemauan, dan kebutuhan orang yang dipengaruhi, seperti keinginan Adam dan Hawa untuk kekal di surga. Kadang "singgungan" itu berupa rangsangan untuk menuju keinginan, kadang keinginan itu sendiri yang dipenuhi sebagai semacam "suapan". Betapa banyak misionaris yang membujuk umat Islam dengan kedok bantuan-bantuan kemanusiaan, terutama saat mereka tertimpa musibah atau terdesak kebutuhan. Juga betapa sering bangsa Barat memperalat pemerintahan negeri-negeri Islam untuk memerangi orang Islam dengan iming-iming yang menggiurkan atau yang lazim disebut dengan politik stick and carrot.

Sebagaimana Iblis berkedok menjadi penasihat profesional, para pengikutnya di era modern juga demikian. Penasihat yang memberikan arahan dan solusi. Jika iblis melegalisasi profesionalismenya dengan sumpah atas nama Allah, dan dengan penguatan-penguatan lain, para penasihat modern tampil dengan performa yang meyakinkah, kredibel, bonafid, dan sejenisnya karena sebelumnya memang telah diopinikan demikian. Maka, ketika sebuah negara sakit, mereka tampil menjadi dokter. Orang sakit tentu susah dan kurang etis jika membantah sang dokter, tak peduli diagnosanya keliru, juga tak peduli obat yang diberikan racun sekalipun. Betapa banyak negeri yang sami'na waata'na didikte oleh lembaga semacam IMF dengan dalih penyelamatan, meskipun sesungguhnya penjerumusan.

Jika setan suka mengatasnamakan orang banyak (sesungguhnya aku salah satu pemberi nasihat), setan modern demikian juga. Untuk menjustifikasi kemauannya, ia perlu menyatakan bahwa ia didukung oleh banyak pihak. Meski kadang dukungan tersebut lebih bersifat klaim, misalanya penganugerahan nobel perdamaian dan sejenisnya. Bukankah pada era modern opini media massa yang membentuk fakta dan bukan fakta yang membentuk opini? Contoh menarik dewasa ini adalah daftar kelompok teroris versi PBB yang diklaim atas masukan banyak negara, seolah daftar tersebut mewakili aspirasi mayoritas penduduk dunia.

Akhirnya, marilah kita berlindung kepada Allah dari tipu daya setan, seperti diajarkan Allah dalam Alquran, "Katakanlah: 'Aku berlindung dari Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahaan bisikan setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia'." (An-Naas: 1 - 6).(Abu Zahrah

Setan Spesialis Wudhu



 
Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi 04 Aug, 04 - 9:00 pm

Bisa kita bayangkan, bagaimana canggihnya seorang pencuri kendaraan bermotor jika setiap hari yang dipelajari dan dikerjakan adalah mencuri motor. Ada juga pencuri spesialis elektronik, dia paling ahli soal bagaimana menggondol barang elektronik di rumah orang yang sedang lengah. Ternyata, iblis juga memiliki bala tentara yang dibekali ketrampilan khusus dan ditugasi pekerjaan yang khusus pula. Iblis menggoda manusia di setiap lini, dan di setiap lini dia siapkan setan-setan ‘spesialis’ yang pakar dalam bidangnya.

Dalam hal wudhu misalnya, ada jenis setan khusus yang beraksi di wilayah ini. Pekerjaannya fokus untuk menggoda orang-orang yang wudhu sehingga menjadi kacau wudhunya. Setan spesialis wudhu ini disebut Nabi dengan ‘Al-Walahan’. Nabi bersabda:
"Pada wudhu itu ada setan yang menggoda, disebut dengan Al-Walahan, maka hati-hatilah terhadapnya." (HR Ahmad)

Setan ini menggoda tidak hanya mengandalkan satu jurus saja untuk memperdayai mangsanya. Untuk masing-masing karakter pelaku wudhu, disiapkan satu jurus untuk melumpuhkannya.
Waspadai Setiap Jurusnya

Sebagian dipermainkan setan hingga sibuk mengulang-ulang lafazh niat. Saking sibuknya mengulang, ada yang rela ketinggalan rekaat untuk meng’eja’ niat. Niat memang harus dilazimi bagi setiap hamba yang hendak melakukan suatu kativitas. Akan tetapi, tak ada secuil keteranganpun dari Nabi yang shahih menunjukkan sunahnya melafazkan niat. Bahkan tidak ada dalil sekalipun berupa hadits dha’if, mursal, atau yang terdapat di musnad maupun perbuatan sahabat yang menunjukkan keharusan atau sunahnya melafazkan niat.

Dalil yang biasa dipakai adalah hadits Nabi "segala sesuatu tergantung niatnya." Hadits ini tidak menunjukkan sedikitpun akan perintah melafazkan niat. Jika hadits ini dimaknai sebagai niat yang dilafazkan, berarti untuk setiap amal shalih baik menolong orang tenggelam, belajar, bekerja dan aktivitas lain menuntut dilafazkan niat. Apakah orang yang melafazkan niat ketika wudhu juga melafazkan niat ketika melakukan aktivitas amal yang lain? Kalau saja itu baik, tentunya Nabi dan para sahabat melakukannya.

Sebagian lagi digoda setan sehingga asal-asalan ketika melakukan wudhu. Dia membiarkan anggota tubuh yang mestinya wajib dibasuh, tidak terkena oleh air. Nabi mengingatkan akan hal ini dengan sabdanya:

"Celakalah tumit dari neraka." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Untuk menangkal godaan ini, wajib bagi kita mengetahui, manakah anggota tubuh yang wajib dibasuh atau diusap. Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan mata kaki ..." (QS. al-Maidah : 6)

Syaikh Utsaimin menyebutkan bahwa ‘istinsyaq’ atau memasukkan air ke hidung kemudian istinsyar (mengeluarkannya) hukumnya wajib karena hidung termasuk bagian dari wajah yang dituntut untuk dibasuh.

Telinga juga wajib untuk diusap karena termasuk bagian dari kepala sebagaimana hadits Nabi: al-udzun minar ra’si, telinga adalah bagian dari kepala.
Boros Menggunakan Air

Asal-asalan berwudhu adalah jurus setan yang diarahkan bagi orang yang malas. Sedangkan untuk orang yang antusias dan bersemangat, ‘al-walahan’ memiliki jurus yang lain. Yakni dia menggoda agar orang yang wudhu terlampau boros menggunakan air. Timbullah asumsi bagi orang yang berwudhu, semakin banyak air, maka semakin sempurna pula wudhunya. Padahal anggapan ini bertentangan dengan sunnatul huda. Bahkan Nabi mengingatkan umatnya akan hal itu. Beliau bersabda:

"Sesungguhnya akan ada di antara umat ini yang melampaui batas dalam bersuci dan berdoa." (HR Abu Dawud, Ahmad, dan An-Nasa’i, sanadnya kuat dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Ada pula hadits menyebutkan, tatkala Nabi melewati Sa’ad yang tengah berwudhu beliau bersabda: "Janganlah boros dalam menggunakan air." Sa’ad berkata: "Apakah ada istilah pemborosan dalam hal air?" beliau menjawab: "Ya, meskipun engkau (berwudhu) di sungai yang mengalir." (HR Ibnu Majah dan Ahmad). Ibnul Qayyim menyebutkan hadits ini dalam Zaadul Ma’ad, begitu pula Ibnul Jauzi dalam kitabnya "Talbis Iblis", hanya saja Syaikh Al-Albani menyatakan ini sebagai hadits dha’if, begitu pula dengan Al-Bushiri dalam Al-Zawa’id.

Yang baik adalah kita tidak boros dalam menggunakan air, termasuk ketika berwudhu. Namun bukan berarti boleh meninggalkan sebagian anggota yang wajib untuk dibasuh.

Ragu-Ragu Ketika Berwudhu

Jurus lain yang ditujukan bagi orang yang kelewat semangat dalam hal wudhu adalah, setan menanamkan keraguan kepada orang yang berwudhu. Ketika orang itu selesai wudhu, dibisikkan di hatinya keraguan akan keabsahan wudhunya. Agar orang itu mengulangi wudhunya kembali dan hilanglah banyak keutamaan seperti takbiratul uula maupun shalat jama’ah secara umum.

Telah datang kepada Ibnu Uqail seseorang yang terkena jurus setan ini. Dia menceritakan bahwa dirinya telah berwudhu, kemudian dia ulangi wudhunya karena ragu, bahkan dia menceburkan diri ke sungai, setelah keluar darinya diapun masih ragu akan wudhunya. Dia bertanya: "Dalam keadaan (masih ragu) seperti itu apakah saya boleh shalat?" Ibnu Uqail menjawab: "Bahkan kamu tidak lagi wajib shalat."

Ya, tak ada orang yang melakukan seperti itu kecuali orang yang hilang ingatan, sedangkan orang yang hilang ingatan tidak terkena kewajiban. Wallahu a’lam. (Majalah Ar risalah)

Hikmah Diciptakannya Setan



Fiqih Quran & Hadist Oleh : Redaksi05 Oct, 04 - 11:41 am

Ruswanto Syamsuddin
Akhir-akhir ini kisah-kisah misteri/mistik marak sekali ditayangkan di televisi kita. Hampir setiap malam pemirsa disuguhi kisah dan cerita misteri/mistik dalam bentuk dan cara yang berbeda-beda. Seolah-olah 'kisah dunia lain itu lebih penting dari dunia nyata yang kita hadapi sehari-hari dengan susah payah karena keterpurukan bangsa ini di segala bidang kehidupan.

Penayangan kisah-kisah misteri dan mistik ini sudah sangat berlebihan, sangat mengganggu dan mempengaruhi jiwa masyarakat. Saking keterlaluannya sampai mengundang keprihatinan para ulama dan para tokoh nasional. Mereka telah menghimbau dan melayangkan surat supaya insan pertelevisian kita menghentikan tayangan-tayangan tersebut, tetapi tampaknya tidak digubris. Buktinya penayangan kisah-kisah misteri itu malah makin menjadi-jadi.

Jika dikaitkan dengan peran setan, agaknya ini adalah salah satu daya upaya setan untuk merusak akidah umat manusia, agar manusia lebih takut kepada setan daripada kepada Allah, dan agar manusia mengabdi kepada setan demi kejayaan setan.
Apa Itu Setan?

Setan (Syaithan) berasal dari kata kerja syathana yang mengandung arti menyalahi, menjauhi. Setan artinya pembangkang pendurhaka. Secara istilah, setan adalah makhluk durhaka yang perbuatannya selalu menyesatkan dan menghalangi dari jalan kebenaran (al-haq). Makhluk durhaka seperti ini bisa dari bangsa jin dan manusia (QS. 114: 1-6/QS. 6:112). Makhluk yang pertama kali durhaka kepada Allah adalah iblis. Maka iblis itu disebut setan. Keturunan iblis yang durhaka juga disebut setan (QS. 2 : 36/4 : 118).

Dalam menggoda manusia, setan dari bangsa jin itu masuk ke dalam diri manusia, membisikkan sesuatu yang jahat dan membangkitkan nafsu yang rendah (syahwat). Selain menggoda dari dalam diri manusia, setan juga menjadikan wanita, harta, tahta, pangkat dan kesenangan duniawi lain sebagai umpan (perangkapnya, Dihiasinya Kesenangan duniawi itu dihiasinya sedemikian menarik hingga manusia tergoda, terlena, tertutup mata hatinya, lalu memandang semua yang haram jadi halal. Akhirnya manusia terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan/ kemungkaran. Maka manusia yang telah mengikuti ajakan setan, menjadi hamba setan, dalam al-Quran juga disebut setan (QS. 38 : 37-38) dan golongan (partai) mereka juga disebut golongan setan (hizbusy-syaithan - QS. 58 : 19).

Baik setan dari bangsa jin maupun dari bangsa manusia terus menerus berupaya untuk menyesatkan manusia. mereka bahu rnembahu untuk menyebarkan kemungkaran dan kemaksiatan. Mereka kuasai berbagai media, termasuk televisi, mereka sebarkan kisah-kisah misteri dan kemaksiatan demi uang dan kesenangan duniawi tanpa peduli umat manusia rusak atau tidak akidahnya dan akhlaknya. Itulah sumpah setan di hadapan Allah untuk menggoda manusia dari berbagai sudut yang bisa mereka masuki. (QS, 7:17).
Mudharat Tayangan Setan

Dalam Islam sangat jelas bahwa penayangan seperti itu diharamkan, karena: Pertama, tayangan mistik seperti itu mempersubur kemusyrikan, membuat manusia lebih takut kepada setan, khurafat dan tahyul daripada takut kepada Allah. Padahal tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat di dunia ini kecuali hanya Allah (QS. 39 : 38), tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah. Kedua, tayangan mistik seperti itu adalah bentuk pembodohan masyarakat, hanya membuat bangsa semakin jumud dan terbelakang. Ketiga, tayangan seperti itu sarat dengan praktek perdukunan. Dengan maraknya penayangan kisah-kisah mistik, maka praktek-praktek perdukunan juga semakin marak. Sedangkan perdukunan juga diharamkan dalam Islam. Dan keempat, rezeki yang dihasilkan dari usaha yang diharamkan, maka rezeki itu juga haram dan tidak diberkahi Allah. Oleh karenanya penayangan kemusyrikan itu mestilah dihilangkan karena tidak ada manfaatnya selain mudharat dunia-akhirat.
Hikmah Diciptakannya Setan

Al Quran menjelaskan, Allah SWT menciptakan alam semesta dan semua yang ada di dalamnya, satu pun tidak ada yang batil atau sia-sia (QS Ali Imran : 191). Oleh karena itu Allah menciptakan iblis atau makhluk yang disebut setan Itu, bila dilihat dari sisi nilai ibadah, pada hakikatnya juga ada hikmahnya.

Imam al-Ghazali pernah menyatakan; jika ingin melihat kesalahan/kelemahan kita, carilah pada sahabat karib kita, karena sahabat kitalah yang tahu kesalahan/ kelemahan kita. Jika kita tidak mendapatkannya pada sahabat kita, carilah pada musuh kita, karena musuh kita itu paling tahu kesalahan/kelemahan kita. Sifat musuh adalah selalu mencari kelemahan lawan untuk dijatuhkan.

Demikian pula setan. la selalu mencari kesalahan/kelemahan orang-orang beriman untuk kemudian digelincirkan dengan segala macam cara.

Nah, jika kita telah mcngetahui kesalahan/kelemahan kita, entah dari kawan, lawan, bahkan dari setan, lalu kita memperbaiki diri, insya Allah kita akan menjadi orang baik dan sukses. Jadi, kalau kita berpikir positif, ada juga hikmahnya setan itu buat orang-orang beriman.
Lebih rinci, di antara hikmah dicipta-kannya setan ialah :

1. Untuk menguji keimanan dan komitmen manusia beriman terhadap perintah Allah. Karena setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan diuji (QS. 29:2). Jika dengan godaan setan seorang mukmin tetap istiqamah dengan keimanannya, maka derajatnya akan ditinggikan oleh Allah dan hidupnya akan bahagia. Tetapi jika ia tergoda dan mengikuti ajakan setan, derajatnya akan jatuh, hina kedudukannya dan dipersulit hidupnya oleh Allah. (QS. 41 : 30-31).
2. Menguji keikhlasan manusia beriman dalam mengabdi kepada Allah,

Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan jin dan manusia tidak lain supaya mereka mengabdi kepada-Nya (QS. 51 : 56). Kemudian setan datang menggoda manusia, membangkit-bangkitkan syahwat kepada kenikmatan duniawi, rnembisikkan ke dalam hatinya angan-angan kosong dan keraguan, supaya manusia lupa terhadap tujuan dan tugas hidupnya di dunia. Jika manusia tetap sadar akan tujuan dan tugas hidupnya di dunia, dia akan tetap ridha menjadi hamba Allah dan mengabdi kepada-Nya. Terhadap hamba Allah seperti ini, setan tidak akan rnampu menggodanya (QS. 15 : 40). Tetapi jika manusia tergoda, pada gilirannya ia akan menjadi hamba setan.
3. Untuk meningkatkan perjuangan di jalan Allah.

Sebab tanpa ada setan yang memusuhi kebenaran, maka tidak akan ada semangat perjuangan (jihad) untuk mempertahankan kebenaran. Sedangkan jihad di jalan Allah juga merupakan bukti penting manusia beriman dan ridha sebagai hamba Allah.
4. Allah hendak memberi pahala yang lebih besar kepada para hamba-Nya.

Semakin besar godaan setan kepada manusia dan dia mampu menghadapinya dengan baik, maka semakin besar pahalanya di sisi Allah (QS. 3 : 195).
5. Agar manusia waspada setiap saat, selalu memperbaiki kesalahan, meningkatkan kualitas ibadah dengan bertaqarrub kepada Allah.

Karena setan senantiasa mengintai kelengahan manusia. Sekejap saja manusia lengah, setan akan masuk, lalu mengacaukan hati dan syahwat. Tapi orang yang selalu waspada, akan senantiasa ingat kepada Allah sehingga setan tidak punya kesempatan untuk mengganggunya.

Jadi, bagi orang yang sudah kuat imannya, gangguan setan itu tidak akan merusak ibadahnya. tetapi malah mempertinggi kualitas iman dan ibadahnya. Masalahnya, tayangan-tayangan setan yang makin marak di televisi, tidak ditonton oleh mereka yang telah kuat imannya, melainkan oleh masyarakat dari berbagai lapisan umur dan kadar iman yang terbanyak masih memerlukan bimbingan. Bagi mereka ini, tayangan-tayangan itu sangat kontra produktif, bahkan bisa mendangkalkan iman mereka. Apakah ini tidak terpikirkan oleh insan pertelevisian kita?

Sunday, April 28, 2013

Fitnah Pendeta Nurdin Kepada Rasulullah


Nabi Muhammad Belajar Alkitab (Bibel) Sampai Hafal

“Siti Khadijah berumur 40 tahun pada waktu menikah dengan Muhammad. Muhammad SAW pada waktu itu berumur 25 tahun. Apabila Siti Khadijah berkata kenal benar kepada Muhammad sejak kecil, ini dapat dimengerti karena perbedaan umur itu dan apabila demikian tentulah Siti Khadijah telah mengajarkan Muhammad sejak kecil ajaran Taurat dan Injil bersama paman beliau Waraqah bin Naufal sehingga Muhammad sangat hafal akan ayat Taurat dan Injil. Karena pada waktu itu Al-Qur`an belum ada. Sehingga Al-Qur`an dimulainya dengan Alfatihah yang berkata Ummul Quran Ummul Kitab yang berarti Seluruh isi Al-Qur`an berasal dari Induk Alkitab” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 59).

Nabi Menikahi Wanita Kristen dengan Tatacara Kristen, dan Mendapat Kado Alkitab (Bibel)

“Istri beliau Siti Khadijah beragama Kristen Nasrani dan paman beliau Waraqah bin Naufal adalah pendeta bersama pendeta alim Buhaira namanya, dan umat pada waktu itu adalah semua umat Kristen Nasrani yang beribadah tentu di gereja, karena masjid pada waktu itu belum ada” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 68).

“Bila pamannya Siti Khadijah yaitu Waraqah bin Naufal, faham akan Taurat dan Injil, beliau adalah seorang Pendeta besar, atau seorang Pastur besar atau seorang Penginjil besar dan pada pernikahan Muhammad SAW dan Siti Khadijah tentulah beliau bertindak sebagai Wali atau Penghulu pada waktu itu, dan menyampaikan Firman Allah yaitu Taurat dan Injil, agama Yahudi dan Nasrani, karena agama Islam dan Alquran belum ada pada waktu itu” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 24).

“Pada waktu pernikahan berlangsung antara Muhammad SAW dengan Siti Khadijah seorang Nasrani, dan pasti hadiah Waraqah bin Naufal sebagai seorang Pendeta atau Pastur adalah sebuah Alkitab. Dan tentu Muhammad SAW selama 15 tahun bersama isterinya Siti Khadijah mempelajari Alkitab” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 53).

Nabi Muhammad Beribadah Kristen selama 15 tahun
“Pada waktu Muhammad SAW berumur 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah yang beragama Nasrani. Dan pada waktu itu Muhammad SAW berumur 40 tahun beliau bertahanuts menyendiri. Bila demikian Muhammad SAW telah bersama istrinya selama 15 tahun, beliau tentu beribadah bersama isterinya dan pamannya Waraqah bin Naufal dan Pendeta Buhaira yang mana tentu Muhammad SAW ikut beridadah Nasrani dan beliau bertahanuts menyendiri dengan segala bekal dan pelajaran Alkitab, Taurat dan Injil” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 35).

Nabi Muhammad Adalah Pencetus Agama Pantekosta dan Kharismatik
“Dan teringatlah aku akan ibadah pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu yang ada agama Nasrani Rooms Katolik yang dijalankan oleh Penguasa Romawi saat itu dan agama Nasrani yang memang telah ada yaitu yang dijalankan umat Nasrani, Siti Khadijah, Pendeta Waraqah bin Naufal dan Pendeta Bukhaira dan umat Arab umat Muhammad SAW pada saat itu.

Lalu Muhammad SAW mendapatkan Urapan Ruh Ulkudus yang didoakan oleh pendeta Waraqah bin Naufal, Pendeta Bukhaira dan istri beliau Siti Khadijah dan Nabi Muhammad mencetuskan agama Islam.

Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah kalau Islam sama dengan Pantekosta dan Kharismatik. Dan umat Pantekosta dan umat Kharismatik mengutamakan Urapan Ruh Ulkudus” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 76).

“Urapan Ruhul kudus yang sama sejak zaman dahulu kala itu, pada waktu Muhammad SAW mendapatkan-Nya. Sehingga dengan penemuan analisa ini aku beragama Pantekosta Kharismatik dan juga beragama Islam. Bagiku agama aliran apapun tidak menyelamatkan tetapi yang menyelamatkan adalah URAPAN RUH UL-KUDUS.

Maka Muhammad SAW pencetus Islam = Pencetus Pantekosta = Pencetus Kharismatik. Sehingga bagiku agama atau aliran yang kujalankan adalah Islam Kharismatik Pantekosta. Pada saat ini di banyak tempat diadakan Persekutuan Doa Bersama yaitu umat Khatolik Kharismatik, umat Protestan dan umat Pantekosta.”(Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 77).

“Atau disebut Persekutuan Doa Oikumene. Dan di Persekutuan Doa ini diadakan Ibadah dengan Urapan Ruh Ulkudus” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 78).

Nabi Muhammad disamakan dengan Pendeta Nurdin dan Lia Aminuddin (Lia Eden)

“Isa Allaihi Salam dilahirkan dengan tiupan Ruhul Kudus. Pada waktu Isa naik ke Surga, Kenaikan Isa Almasih, Beliau meninggalkan Curahan Ruhul Kudus. Muhammad SAW mendapatkan Wahyu Ruhul Kudus. R Muhammad Nurdin diurapi Wahyu Ruhul Kudus. Lia Aminuddin menyampaikan permohonan dan dapat bimbingan Ruhul Kudus” (Kebenaran Yang Menyelamatkan, hlm. 71).

Itulah sebagian kecil fitnah Pendeta Muhamad Nurdin kepada Nabi Muhammad SAW. Tudingan lainnya terlalu banyak untuk dimuat di majalah yang halamannya terbatas. Semua tudingan ini hanyalah rekaan yang tidak berdasar sama sekali. Secara historis, tak ada satupun fakta, data dan referensi yang mendukung Pendeta asal Grogol, Jakarta Barat ini.

Membongkar Dusta


Alih-alih membagikan kabar suka-cita Injil, Pendeta Rudy Muhamamd Nurdin mengemas penginjilan dengan cara-cara yang tidak terpuji. Semangat misionarisnya meledak-ledak untuk “menjala” kaum muslimin agar mau “terima Yesus” menjadi penganut Kristiani. Tetapi, ilmu dan wawasannya yang sangat dangkal tak sanggup mengimbangi semangatnya. Akibatnya, gerakannya zigzag, kacau dan tak terarah.
Dengan slogan Injili “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati,” Pendeta RM Nurdin menyebarkan doktrin kekristenan melalui belasan buku berkedok Islam. Salah satu buku yang judul dan sampulnya sangat islami, adalah “Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an.” Pada cover depan, judul buku ini ditulis pula dalam bahasa Arab “Al-Ayatul-Muhimmah Fil-Qur’an,” sementara pada cover belakang diberi label “Untuk Kalangan Sendiri,” supaya terkesan bahwa buku itu adalah bacaan internal umat Kristiani.

Ternyata label “Untuk Kalangan Sendiri” ini justru dilanggar sendiri oleh Pendeta Nurdin. Terbukti, pada halaman 10 ditulisnya bahwa bukunya disampaikan kepada semua pembaca yang beriman –termasuk umat Islam:

“...Buku ini untuk kusampaikan kepada kaka-kakakku, familiku dan semua saudara-saudaraku dan semua pembaca yang beriman” (baris ke-6 dari bawah).

Statemen ini dipertegas pada halaman 45, menuangkan harapan agar buku ini dibaca oleh semua umat Islam: “Semoga semua umat Islam membaca buku-bukuku dan selamat Akhirat Surga...” (baris ke-4 dari bawah).

Sikap plin-plan pendeta ini semakin diungkap sendiri oleh media Kristen. Dalam wawancara di tabloid Kristen, Pendeta Nurdin mengaku terus-terang bahwa sebenarnya buku tersebut memang untuk menohok iman umat Islam:

“Jadi, bukunya bukan untuk kalangan sendiri? Betul sekali. Tetapi, saya tulis ‘Untuk Kalangan Sendiri’ untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati…. Kemudian saya tulis buku Keselamatan di dalam Islam supaya mereka dapat mengetahui Injil melalui buku-buku saya. Sebagian isinya tulisan Arab. Tentu saja saya harus memahami tentang Islam terlebih dahulu. Saya juga punya Alkitab berbahasa Arab…” (baca wawancara: Supaya Mereka Dapat Mengetahui Injil Melalui Buku-Buku Saya).

Muhamad Nurdin memang pendeta supermunafik. Meski telah melakukan tipuan yang berarti kebohongan, tapi dia tidak merasa berdosa sedikit pun. Malah dia mengeluarkan himbauan kepada umat Kristen agar turut serta membantunya dalam pengedaran buku-buku yang ditulisnya kepada kaum muslimin. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, Pendeta yang tinggal di kawasan Slipi, Jakarta Barat ini menjustifikasi tipuan dan kemunafikannya dengan ayat-ayat Alkitab. Nurdin berkilah bahwa penginjilannya itu sesuai dengan ajaran Alkitab:

“Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat” (I Korintus 9: 20).

Ayat Bibel ini disimpulkan oleh Pendeta Nurdin bahwa untuk menghadapi orang Yahudi, harus pura-pura seperti Yahudi. Menghadapi kaum Muslim, harus berpura-pura seperti orang Islam. Maka untuk menjala umat Islam harus memakai Al-Qur’an.

Ulah misi Pendeta Nurdin ini jelas berbahaya bagi kerukunan umat beragama, karena bisa mengoyak keharmonisan hubungan Kristen dan Islam.

Awam Ilmu tapi Sok Tahu
Buku-buku Pendeta Nurdin dihiasi dengan judul dalam bahasa Arab. Umat Kristiani dan orang awam yang tidak mengerti bahasa Arab, akan menganggap bahwa Nurdin adalah pendeta pakar Al-Qur’an yang hebat. Padahal judul bahasa Arab dalam buku-buku itu salah semua.
Judul buku “Rahasia Allah Yang Paling Besar” diterjemahkan dengan bahasa Arab menjadi “Assirrullahi Al-Akbar.” Judul ini salah besar karena menyalahi kaidah bahasa. Judul yang tepat adalah “Sirrullahi Al-Akbar.”

Judul buku “Kebenaran Yang Benar” diterjemahkan dengan bahasa Arab menjadi “Ash-Shodiq Al-Mashduuq” adalah salah besar karena menyalahi judul bahasa Indonesia. “Ash-Shodiqul Mashduuq” artinya orang benar/jujur yang dibenarkan. Seharusnya judul “Kebenaran Yang Benar” diterjemahkan menjadi “Al-Haqiqoh Ash-Shodiq.”

Judul buku “Keselamatan Untuk Akhir Hayat” diterjemahkan dengan bahasa Arab menjadi “Salaamatul Aakhirotul Khoyat” adalah salah besar karena dalam bahasa Arab kalimat ini tidak dimengerti sama sekali. Seharusnya judul Arab yang benar adalah “Salaamatun li-Aakhirotil Hayat”

Buku yang judul Arabnya ditulis “Isa Alaihissalam fil-Qur’an” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Isa Alaihi Salam Dalam Al Quraan yang Benar.” Judul ini salah karena terlalu panjang, tidak sesuai dengan judul Arab. Judul yang benar adalah “Isa Alaihissalam dalam Al-Quran.”

Keawaman ilmu ini sangat berbahaya jika dipaksakan oleh Pendeta Nurdin untuk menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, lalu dituangkan dalam buku-buku kemudian dijual digereja sebagai alat penginjilan, dan dijadikan sebagai referensi oleh para mahasiswa yang diajarnya.

Kebohongan Pendeta Di Siang Bolong
Dalam kacamata Kristiani, teologi yang diajarkan Pak Pendeta Nurdin pun sangat memalukan sekaligus memilukan. Bila dibaca dengan teliti, hampir pada setiap lembar buku yang ditulisnya selalu ada kesalahan, baik kesalahan teologi maupun kaidah ilmiah penulisan.
Misalnya, pada halaman 77 buku “Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an,” disebutkan bahwa pencetus Pantekosta sama dengan pencetus Kharismatik, yaitu Nabi Muhammad. Maka Pendeta Nurdin mengaku sebagai penganut agama Islam Kharismatik Pantekosta. Inilah teologi ngawur dari Grogol.

Mungkin Pendeta Nurdin tidak pernah belajar Sejarah Gereja, sehingga tidak tahu (atau pura-pura tidak tahu?) bahwa gereja yang bermula dari Gerakan Pentakosta ini dirintis oleh Charles H Parham sejak tanggal 1 Januari 1901 di Sekolah Alkitab Bethel, Topeka, Kansas (SA). Gerakan Pentakosta ini mulai mekar pesat sejak 1906 dari pertemuan doa Azusa Street Mission, suatu kegiatan evangelisasi di kota Los Angeles yang dilakukan oleh Pendeta Negro William J Seymour. Sejak itu, Azusa Street menjadi pusat gerakan Pantekosta seluruh dunia.

Pada akhir tahun 1960-an terjadi lagi perkembangan di mana Gerakan Pantekosta tidak dikhususkan hanya untuk kaum Protestan, tapi juga terbuka untuk kaum Katolik, bahkan Katolik Roma sekalipun. Gerakan ini kemudian masyhur dengan nama Pentakosta Baru (Neopentacostalism) alias Gerakan Kharismatik.

Beberapa keyakinan gerakan ini antara lain: (1) Karunia berbahasa lidah (glosolalia) harus dialami oleh setiap orang yang dibaptiskan dalam roh (diurapi oleh Roh Kudus); (2) Di kalangan penganut ‘Toronto Blessing’ dipercayai gejala yang mirip itu menunjukkan bahwa “Roh Allah Melawat” dan ini biasa diiringi tanda-tanda lain seperti kesurupan, misalnya: “tertawa dalam roh” (holy laughter), “mabuk dalam roh” (drunken by the spirit), “bertumbangan” (slain by the spirit), dan bahkan dipercayai ada yang kemudian dapat “mengaum seperti singa” dan keanehan lainnya.

Dalam perkembangannya, setelah ibadat Toronto Blessingnya merosot, John Arnott mengajarkan ajaran baru ‘Mujizat Gigi Emas’ hanya berlandaskan penafsiran harfiah di luar konteks satu ayat Maz.81:11. Menurut Herlianto, konteks ayat ini berbicara mengenai pemeliharaan Allah atas Musa dan umat Israel yang keluar dari Mesir dan akan dipenuhi dengan makanan gandum terbaik dengan madu gunung di mulut mereka (Maz.81:17).

Bila kita mempelajari kaset video kebaktian di Toronto Airport Vineyard fellowship yang dipimpin John Arnott waktu mempraktekkan Toronto Blessing, kita dapat melihat dengan jelas bahwa banyak orang yang tidak berjatuhan namun langsung didorong agar jatuh, demikian juga ada wanita yang menendang-nendang dengan kakinya kearah sekelompok jemaat (no contact) dan kelompok itu berjatuhan. Inikah karya Roh Kudus atau ‘melecehkan’ Roh Kudus?

Dalam ajaran “Lawatan Roh Allah” dipercayai bahwa lawatan roh itu akan menghasilkan perilaku seperti “mabuk” bahkan diakui sebagai “mabuk dalam roh.”

Ketika kepenuhan roh, seseorang yang meyakininya bisa berbahasa lidah, yang tidak bisa dipahami oleh orang lain, kecuali oleh orang yang juga kepenuhan roh. Bunyi bahasa lidah itu misalnya: Syawalawalalala..., barabarabarababbaabaaa, kirrarrabaaassaa balabalabalabababa….. dst.

Dari uraian ini, Pendeta Nurdin harus membuktikan kebenaran tudingannya bahwa Nabi Muhammad adalah pencetus Pantekosta-Kharismatik. Kapan Nabi berbahasa lidah seperti orang kesurupan seperti itu?? Di buku sejarah mana tertulis Nabi Muhammad pernah “tertawa dalam roh,” “mabuk dalam roh,” dan “mengaum seperti singa”? Jika tidak bisa, maka ini berarti fitnah yang besar dan sama kejamnya dengan karikatur Jillands Posten.


Membongkar Dusta


Kitabullah (Al-Qur’an) dibajak menjadi Alkitab (Bibel)

Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda:
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), taklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya” (HR. Malik).
Makna “Kitabullah” dalam hadits ini adalah Al-Qur’an, sedangkan maksud “Sunnah Rasul-Nya” adalah Sunnah Nabi Muhammad, yaitu Hadits Nabi SAW. Hadits ini dibajak oleh Pendeta Nurdin menjadi:
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Alkitab dan Sunnah RasulNya (Kisah Para Rasul Alkitab)” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 3).

Pembajakan hadits ini karena Pendeta Nurdin buta terhadap kitab sucinya sendiri. Sebab kitab Kisah Para Rasul dalam Alkitab (Bibel) bahasa Arab disebut “A’malurrusul,” bukan “Sunnah Rasulih.”

Hadits lain yang dibajak Pendeta Nurdin adalah sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah lebih baik yang seperti itu daripada mengerjakan mengerjakan sembahyang sunat seratus rekaat” (Hadits, Muqaddimah Al-Qur`an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, hlm. 108).

Setelah dibajak, hadits ini berubah total menjadi: “Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Alkitab lebih baik yang seperti itu daripada mengerjakan mengerjakan sembahyang sunat seratus rekaat” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 8).

Kata ganti Allah dibajak menjadi Yesus, supaya sesuai dengan doktrin Kristen tentang Ketuhanan Yesus

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‘an: “Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya” (Qs. An-Nisa 172).

Ayat mulia tentang tauhid dan penolakan terhadap doktrin Kristen ketuhanan Nabi Isa ini, dibajak oleh Pendeta Nurdin, sehingga maknanya berubah total menjadi perintah untuk menyembah Nabi Isa (Yesus Kristus):

“Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat kepada Allah. Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya (Almasih) dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 53).

Kata ganti Allah dibajak menjadi Taurat dan Injil

Ayat tentang kesempurnaan Al-Qur‘an dan keesaan Allah SWT: “(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran” (Qs. Ibrahim 52).

Ayat yang agung ini dibajak oleh Pendeta Nurdin dengan menambahkan kata Taurat dan Injil, supaya terkesan bahwa Alkitab (Bibel) milik umat Kristiani adalah kitab suci yang sempurna:

“Alquran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi PERINGATAN dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya DIA (Taurat dan Injil Isa Allahi Salam) adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang BERAKAL mengambil pelajaran” (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm. 60, kutipan apa adanya dari buku Pendeta Nurdin).

Lafaz “Allah” dibajak menjadi “Allah Ruh Kudus,” untuk mendukung doktrin Trinitas Kristiani

Allah berfirman dalam Al-Qur‘an: “Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?” (Qs. Al-Ma‘idah 84).

Ayat ini dibajak oleh Pendeta Nurdin dengan mengganti lafaz “Allah” menjadi “Allah Ruh Ulkudus”:

“Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah Ruh Ulkudus dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?” (Isa Alaihi Salam dalam Alquraan yang Benar, hlm. 19).

Pembajakan ini jelas bermaksud mempelesetkan Al-Qur‘an untuk mendukung doktrin Kristen tentang Trinitas, bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum, yaitu tuhan Bapak, tuhan Anak dan tuhan Roh Kudus

Pembajakan serupa dilakukan Pendeta Nurdin terhadap ayat: “Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)” (Qs. Al-Ma`idah 85).

Setelah dibajak, ayat ini berubah menjadi:

“Maka Allah Ruh Ulkudus memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan (ucapan sesuai dengan iman), (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai (berkah) di dalamnya, sedang mereka KEKAL di dalamnya. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan yang ikhlas keimanannya” (Isa Alaihi Salam dalam Alquraan yang Benar, hlm. 19).

Kata “Al-Qur`an” dibajak menjadi “Alkitab” supaya kaum muslimin beriman kepada Bibel, kitab suci kristiani

Allah SWT berfirman tentang Al-Qur‘an sebagai kitab suci kebenaran: “Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (Qs. Az-Zumar 1-2).

Ayat ini dibajak Pendeta Nurdin menjadi: “Kitab (Alkitab) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya KAMI menurunkan kepadamu Kitab (Alkitab) dengan membawa KEBENARAN. Maka sembahlah ALLAH dengan memurnikan ketaatan kepadaNya” (Kebenaran Yang Benar, hlm. 92).

Pembajakan ini adalah kesengajaan untuk menggiring kaum muslimin agar beralih dari kepada Alkitab (Bibel).

Ayat serupa yang menjadi korban pembajakan Pendeta Nurdin adalah:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka” (Qs. Az-Zumar 41).

Ayat ini dibajak Pendeta Nurdin menjadi: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Alkitab untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat (tidak membaca Alkitab) maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat kerugian dirinya sendiri” (Kebenaran Yang Benar, hlm. 93).

Itulah sebagian contoh pembajakan ayat yang dilakukan oleh Pendeta Nurdin untuk melegitimasi doktrin Kristiani.


Membongkar Dusta


Membongkar Dusta
Pendeta Rudy Muhamad Nurdin

Panasnya udara ibukota di kawasan Mampang, Minggu siang (5/3/2006) seolah terusir oleh kemeriahan acara dan makan-makan pada pertemuan doa awal tahun komunitas Batak marga Tambunan se-Jabotabek. Berbagai acara dan aneka hidangan khas Batak yang disajikan, sejenak bisa melupakan kesibukan ibukota yang makin rumit.

Di sela-sela acara “Partangiangan Bona Taon Tambunan Pangaraji Dohot Boruna Se-Jabotabek” yang diadakan di gedung pertemuan Hermina, Mampang, Jakarta Selatan itu, Pendeta Nurdin ditemani seorang putrinya, numpang bazar untuk memasarkan buku-buku Islamologi. Belasan buku-buku dengan judul dan desain sampul mirip bacaan Islam itu, semuanya ditulis sendiri oleh Pendeta Nurdin. Dengan sebuah meja berukuran 1 x 2 meter, Nurdin menggelar buku-buku Islamologi belasan judul. Di hadapannya dipampang kata promosi, “Menjala dan Menginjil,” dan “Sudahkah Anda Membaca Ungkapan-ungkapan Yang Luar Biasa Ini?”

Eros Dai, MA Qohar, dan MA Imran dari Majalah Tabligh menemui Pendeta Nurdin untuk wawancara. Sebelum mewawancarai Nurdin, kru Tabligh menemui Satpam. Dengan nada kesal Satpam itu mengatakan tidak tahu-menahu dengan Pendeta Nurdin, karena dia sama sekali tidak punya etika. Selonong boy, tanpa lapor, permisi atau minta izin berjualan di tempat orang.

Sesaat kemudian, kru Tabligh menemui Pendeta Nurdin. Setelah menyiapkan alat perekam suara, handycam dan kamera digital, Eros mengutarakan maksud baiknya untuk sekedar wawancara seputar buku-buku yang ditulis Nurdin. Tanpa banyak alasan, Pendeta Nurdin tidak bersedia diwawancara. Ia meminta wawancara dilakukan di lain waktu saja, dengan membuat appointment terlebih dahulu. Menindaklanjuti pembicaraan ini, maka Abu Mumtaz mengirim SMS ke HP Pendeta Nurdin untuk minta wawancara. Tanpa basa-basi, Nurdin menolak diwawancara. “Maaf saya tidak ada waktu,” jawab SMS Nurdin (18/03/2006 pukul 20:26 WIB).

Karena Nurdin tidak bersedia diwawancara, maka sebagai alternatif, kami turunkan wawancara Pendeta Nurdin dengan Hatorangan yang dimuat di tabloid Kristen Jemaat Indonesia edisi nomor 112, dengan merubah foto, judul dan pengantar.

Apa tujuan pelayanan Anda?

Tujuan pelayanan saya melalui buku, adalah untuk menyelamatkan umat Kristen. Selama ini umat Kristen sangat terjepit, seperti terlihat dari banyaknya gereja yang dirusak dan dibakar. Kalau umat Kristen hanya berdoa, saya kira kurang tepat. Sebab Firman Tuhan mengatakan supaya kita berdoa dan bekerja. Memang doa dapat menolong secara rohani, tetapi secara jasmani kita harus tetap bekerja.

Oleh sebab itu saya membuat buku agar dapat dibaca umat Kristen, untuk kemudian disalurkan kepada umat beragama lainnya. Buku-buku yang saya tulis berasal dari kitab suci mereka sendiri, yang isinya menguraikan tentang kebenaran.

Jadi tujuan penulisan buku untuk menghindari kesalahpahaman?

Betul sekali. Supaya mereka mengerti tentang ajarannya sendiri. Sebab seringkali mereka tidak diajarkan sesuai dengan yang tertulis dalam kitab sucinya. Caranya tentu saja harus dengan hati-hati. Jangan sampai ada vonis mati seperti untuk dokter Suradi dan Purnama. Hal itu terjadi karena mereka menjelek-jelekkan umat beragama lain. Saya ingin mengikuti rasul Paulus, juga Musa, yang memerlukan waktu untuk menyelamatkan umat Israel.

Jadi bukunya bukan untuk kalangan sendiri?

Betul sekali. Tetapi saya menulis “Untuk Kalangan Sendiri” untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Bagaimana caranya?

Memang sangat sulit melayani orang yang tidak kenal Tuhan kita. Umumnya mereka tak mau menerimanya. Saya sendiri mencoba untuk mengajar sebagai dosen Islamologi yang benar. Mahasiswa umumnya menyambut baik mata kuliah saya. Karena tidak menyinggung agama lain.

Melalui buku-buku, saya menerangkan hal-hal bagus tentang mereka. Sehingga saya tidak dimusuhi baik oleh keluarga saya yang kebanyakan haji dan hajah, maupun oleh umat Islam pada umumnya. Saya mengikuti firman Tuhan dalam I Kor 9:20 yang berbunyi: “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi.”

Di antara keluarga juga demikian, bila sedang bicara soal naik haji, saya ikut. Sehingga akhirnya bisa diterima dengan baik.

Sudah berapa lama pelayanan Anda berlangsung?

Pelayanan ini sudah berlangsung sejak tahun 1980. tetapi sampai tahun 1990 masih sangat terbatas, hanya satu buku. Tujuannya untuk menyelamatkan seluruh umat Kristen. Awalnya misteri tentang UFO (piring terbang) sedang melanda seluruh dunia. Di situlah saya menulis buku.

Tahun 1990 saya mulai belajar tentang Islamologi dengan benar. Buku-buku yang saya tulis dan beredar setelah itu kebanyakan tentang Islamologi.


Apa latar belakang pemilihan bidang Islamologi?

Karena kebanyakan umat Kristen membuat buku untuk kalangan sendiri saja, sehingga tak dapat menjangkau umat beragama lainnya. Bila membuat buku tentang keselamatan dalam Yesus, orang beragama lain pasti tak mau baca. Kemudian saya tulis buku Keselamatan Di Dalam Islam supaya mereka (umat Islam, red.) dapat mengetahui Injil melalui buku-buku saya. Sebagian isinya menggunakan tulisan Arab. Tentu saja saya harus memahami tentang Islam terlebih dahulu tentang Islam. Saya juga punya Alkitab berbahasa Arab yang digunakan umat Kristen di Arab.

Berapa banyak buku-buku yang sudah beredar?

Menurut pihak percetakan, sebuah buku tergolong “best seller” bila dalam lima tahun terjual 3.000 buku. Tetapi saya selaliknya, dalam tiga tahun telah terjual 5.000 buku. Setelah berlangsung 10 tahun, maka mungkin penjualan semua buku-buku (10 judul, red) mencapai ratusan ribu buah.

Apa peristiwa yang paling berkesan?

Yang paling mengesankan adalah timbulnya pertanyaan mengapa saya mengangkat agama lain? Sering saya harus menjelaskannya kembali.

Hal lain yang cukup mengesankan adalah banyaknya orang yang datang kemari minta didoakan bertobat dan menerima Yesus. Bahkan ada di antaranya yang akhirnya menjadi penginjil.

Apa himbauan Anda bagi umat Kristen?

Ikutilah jejak rasul Paulus. Di antara orang Yahudi harus seperti orang Yahudi. Umat Muslim sering marah karena tidak diajarkan sesuai dengan Al-Qur‘an. Apa salahnya kita menggunakan nama Isa sebagai pengganti Yesus? Bukankah nama tersebut lebih akrab bagi mereka? Yesus sendiri lahir dengan nama Yeshua Hamasiah. Jadi kalau berdoa kepada Yesus, Yeshua atau Isa, ya sama saja.

Sering sebuah nama menimbulkan pertentangan. Juga tak ada salahnya kita memperkenalkan Isa sebagai nabi terlebih dahulu, baru kemudian diperkenalkan sebagai Juruselamat.

SIAPAKAH TUHAN KITA ?


BENARKAH NAMA TUHAN ADALAH ALLAH ?
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Benarkah nama Tuhan adalah Allah ?
Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dihati umat Islam, apalagi melihat dari kenyataan yang ada dihadapan kita betapa beragamnya nama-nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh manusia disetiap jaman dan agama. Jika memang nama Tuhan adalah ALLAH, maka kenapa hampir semua umat manusia didunia ini berbeda dalam penyebutannya terhadap Tuhan ?
Kenapa ada yang menyebut-Nya dengan nama Yahweh, Jagad Dewa Batara, SANG Hyang Widhi dan sejumlah nama-nama lainnya ? Padahal al-Qur’an memberi informasi bahwa Tuhan telah mengirim para Rasul-Nya disetiap daerah, baik yang nama-namanya tercantum dalam al-Qur’an ataupun tidak.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu 
- Qs. 40 al-mu’min : 78
Tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan - Qs. 35 faathir : 24
Kami tidak akan mengazab suatu kaum sebelum Kami mengutus seorang Rasul - Qs. 17 al-israa’ : 15
Jika memang setiap umat ada seorang Nabi dan Rasulnya, tentunya secara logika mereka akan memberikan ajaran agama yang sama dan jika ajaran agamanya sama, maka pastilah merekapun akan merujuk pada nama Tuhan yang sama, tidak mungkin Nabi A mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah X dan Nabi B mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Y :
Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu semua" - Qs. 21 al-anbiya : 25
Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu – Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud
Lalu kenapa perbedaan penyebutan kepada nama Tuhan ini bisa terjadi ? Apakah perbedaan ini terjadi semata karena perbuatan manusia yang mengadakan perubahan ? atau ada faktor lain yang bisa dijelaskan ?
Ternyata bila kita gali lebih jauh kedalam al-Qur’an, akan ditemukanlah kenyataan yang logis bahwa perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan bahasa pada masing-masing Nabi-Nya.
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dan dimengerti oleh mereka - Qs. 14 Ibrahim : 4
Jadi, para Rasul ini tidak mungkin kesuatu daerah dengan bahasa yang tidak di kuasai dan tidak dimengerti oleh umatnya, karena pasti dakwah yang disampaikan menjadi sia-sia. Karena itu pula menjadi sangat wajar bila al-Qur’an turun menggunakan bahasa Arab, sebab Nabi Muhammad selaku penerimanya juga berbahasa Arab dan berdomisili ditanah Arab dengan ruang lingkup pergaulan orang-orang Arab juga, maka jika al-Qur’an tidak mempergunakan bahasa Arab maka tentulah lawan bicara Nabi akan bingung dan tidak bisa mengerti apalagi memahami dakwah yang disampaikan, malah mungkin menjadi beban untuk Nabi sendiri.
Dan seandainya Kami menjadikan al-Qur'an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka bertanya : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya ? Apakah (patut al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab ? - Qs. 41 Fushsilat : 44
Jadi kembali pada pemakaian istilah Allah didalam Islam, jelas merujuk pada bahasa yang dipergunakan oleh Nabi Muhammad. Namun ini semua tidak mengindikasikan bahwa pada masanya, Nabi Musa maupun Jesus atau Nabi ‘Isa juga menyebut istilah Allah ditengah kaumnya, begitupula para Nabi lain dibanyak penjuru dunia ini dari berbagai derah. Sebab sesuai dengan pernyataan al-Qur'an sendiri bahwa setiap wahyu itu diturunkan berdasarkan bahasa asal daerah Nabi yang bersangkutan.

Untuk itu juga Allah berfirman :
Serulah Allah atau serulah Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) Dengan nama apa saja kamu menyeru Dia; maka Dia memiliki nama-nama yang indah (asma-ul-husna) - Qs. 17 al-Israa’ : 110
Dari ayat diatas, jelas bahwa al-Qur'an memperkenalkan Tuhan yang universal, serulah Tuhan dengan nama apapun yang baik dan indah serta tentunya tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan sifat-sifat kemuliaan-Nya.
Sehubungan dengan penamaan Allah ini juga, seorang mantan biarawati yang sekarang memeluk Islam, Hj. Irena Handono, et al (lihat buku : Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion (Karya Robert Morey), Penerbit Bima Rodheta, Kudus, 2004, hal. 82-83) menyatakan bahwa istilah Elohim yang terdapat dikitab Perjanjian Lama, yang berasal dari bahasa Ibrani asli memiliki akar kata eloh (alef-lamed-heh) dalam bahasa Ibrani-Paleo yang bisa dibaca dengan beberapa cara tanpa tanda bacanya. Istial el memiliki arti Tuhan (God), dewa, kemampuan, kekuatan dan lain-lain.; Satu dari dasar kata Ibrani untuk Tuhan (eloh) dapat dengan mudah dibaca sebagai alah tanpa tanda baca sehingga tidak terlalu heran bilamana kata Arab untuk Tuhan menurutnya adalah Allah. Kata tersebut adalah tulisan standar atau tulisan Estrangela yang dieja alap-lamad-heh (ALH) yang berhubungan langsung dengan kata Ibrani Eloh. Bahkan masih menurut beliau, Ezra dan Nabi Daniel memanggil Tuhan dengan nama Elah, panggilan yang nyaris sama juga bisa dilihat dari rintihan Yesus dikayu salib yang ditulis dalam bahasa Aramaic : Eloi, Eloi, Lama Sabachtani (Lihat : Kitab Perjanjian Baru, Injil Markus 15:34 dan Injil Matius 27:46)
Terlepas dari ini semua adalah suatu hal yang pasti bahwa bahasa Arab bukan satu-satunya bahasa yang ada ditengah masyarakat; oleh karena itu secara logika keberagaman penyebutan terhadap Tuhan tidak dapat dihindari. Katakanlah seperti bangsa Afrika Selatan (Zulu) menyebut Tuhan dengan nama uMVELINQANGI, umat India mengenal istilah PRAMATMA, Bangsa Aborigin di Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU dan sebagainya (Lihat : Ahmed Deedat, Allah dalam dalam Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal. 21-28)
Bahkan menurut salah seorang ahli tafsir al-Qur’an, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa wahyu-wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad juga tidak mempergunakan istilah Allah untuk kata ganti Tuhan melainkan memakai istilah Rabbuka dan baru pada wahyu ke-7 yaitu surah ke-87 istilah Allah diperkenalkan kedalam al-Qur’an. (Lihat : Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan umat, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, dalam Catatan kaki hal. 23-24)
Kata Allah sendiri terbentuk dari kata AL dan iLah (lihat Abu Iman 'Abd ar-Rahman Robert Squires, www.muslim-answers.org/allah.htm, dalam "Who is ALLAH") , dimana kata AL sama seperti penggunaan kata THE dalam bahasa Inggris, yaitu sebagai kata sandang atau penegasan tertentu. Sementara kata iLah memiliki arti Tuhan. Sehingga istilah Allah berarti Tuhan yang satu itu.
Dan konsep ini sesuai dengan pengajaran para Nabi :
Dialah Allah yang Satu Tempat semuanya bergantung ;Tidak pernah Dia beranak dan tidak pula pernah Dia diperanakkan Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan-Nya - Qs. 112 al-Ikhlas : 1 - 4
Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. - Perjanjian Baru : Injil Markus 12:29
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 4:35
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa - Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 6:4
Dengan demikian maka semakin jelas bahwa perbedaan yang terjadi akibat pengaruh bahasa tidak mengajarkan kepada kita untuk menjadikannya sebagai alasan bersikap egois dalam beragama.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal - Qs. 49 al-hujuraat : 13
Tuhan telah memilih umat Islam sebagai umat yang terbaik, oleh karena itu mari kita jaga dan kita buktikan kepada umat lainnya bahwa umat Islam memang umat yang menyebarkan perdamaian, menjadi rahmat untuk semua alam.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang benar, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. - Qs. 3 ali Imron : 110
Demikianlah Kami jadikan kamu suatu ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas diri kamu - Qs. 2 al-Baqarah : 143
Hendaknya kamu jadi manusia yang lurus karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah kebencian kamu kepada suatu kaum, membuat kamu bersikap tidak adil, berlakulah adil. Sebab itu lebih dekat pada ketaqwaan - Qs. 5 al-Maidah : 8
Pertanyaan baru akan timbul, yaitu bolehkah umat Islam menyebut Tuhan dengan nama-nama dari bahasa-bahasa non-Arab ? Secara bijaksana kita bisa menjawabnya boleh-boleh saja, toh kita di Indonesia juga menggunakan istilah Tuhan untuk menggantikan istilah Robb, dan itu tidak perlu dipermasalahkan.
Hanya saja yang perlu diwaspadai oleh umat Islam adalah jangan sampai terjebak pada nama-nama yang mengarah pada keberhalaan (bersifat syirik), sebagaimana firman Allah sendiri :
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, Kelak, mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan - Qs. 7 al-a’raaf : 180 Wassalam,

ASMAUL HUSNA


JUMLAH ASMA ULHUSNA
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Benarkah jumlah asma-ul-Husna adalah 99 ?
Al-Qur’an tidak berbicara apa-apa menyangkut jumlah nama-nama Tuhan yang dikenal dengan istilah asmaul-husna, adapun keterangan yang menyebutkan jumlahnya sebanyak sembilan puluh sembilan hanya bisa didapati dari sejumlah Hadis Nabi, seperti :
Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama,
barangsiapa hafal mencakup keseluruhannya, dia masuk syurga. - Hadis riwayat Bukhari
Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa memeliharanya, dia masuk syurga. – Hadis riwayat Turmudzi dari Abu hurairah
Selain kedua riwayat diatas, Ibnu Majah yang juga salah seorang periwayat hadis terkenal telah meriwayatkan jumlah asmaul-husna sampai 114 nama (jadi ada 15 nama lebih banyak dari riwayat Turmudzi dan Bukhari yang hanya berjumlah 99). Begitu juga dengan Imam Thabrani yang meriwayatkan sampai 130 nama, sementara al-Qurtubhy menyebutkan hanya sampai 117 nama saja[1].
Mengomentari adanya perbedaan dalam jumlah asmaul-husna itu menurut Imam Baihaqi lebih disebabkan adanya campur tangan dari perawi hadist itu sendiri, baik berupa pendapat pribadi, penambahan ataupun pengurangannya.
Dengan demikian, secara global bisa kita katakan bahwa Tuhan memiliki asma-ulhusna yang tidak akan bisa tergenggam dalam suatu cakupan dan tidak terbatas dalam hitungan, karena secara alamiah, kesemua sifat-Nya telah terbentang didalam setiap bentuk ciptaan-Nya diseluruh semesta raya.
Katakanlah : Jika laut menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, pasti akan habis laut itu sebelum usai kalimat-kalimat Tuhanku (tertulis), meskipun (lalu) kita datangkan tambahan (laut) sebanyak itu juga ! - Qs. 18 al-kahf : 109
Nama-nama Tuhan berfungsi sebagai perantara Tuhan dengan alam ciptaan-Nya agar semua ciptaan-Nya tersebut kenal dengan diri-Nya dan bisa memanggil-Nya jadi dalam hal ini setiap nama-nama-Nya haruslah dipahami sebagai cara Tuhan menjalin hubungan dengan hasil kreasi-Nya (yaitu para makhluk-Nya).
Didalam salah satu do’anya, Nabi Muhammad berkata :
Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang Engkau miliki, Engkau menamakannya untuk diri-Mu, atau nama yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang telah Engkau ajarkan kepada seorang diantara makhluk-Mu, atau yang Engkau punyai dalam ilmu ghaib disisi-Mu. - Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban

Berikut variasi asma-ul-husna dari versi orang yang meriwayatkannya :
99 ASMA-UL-HUSNA MENURUT VERSI BUKHARI & TURMUDZI
1. ar-Rohman Maha Pengasih
2. ar-Rohim Maha Penyayang
3. al-Malik Maha Merajai
4. al-Quddus Maha Suci
5. as-Salam Maha Penyelamat
6. al-Mukmin Maha Mengamankan
7. al-Muhaimin Maha Pembela
8. al-Aziz Maha Mulia
9. al-Jabbar Maha Pemaksa
10. al-Mutakabbir Maha Besar
11. al-Khaliq Maha Pencipta
12. al-Mushawwir Maha Pembentuk
13. al-Ghaffar Maha Pengampun
14. al-Qahir Maha Keras
15. al-Wahhab Maha Pemberi
16. ar-Razzaq Maha Penganugerah
17. al-Fattah Maha Pembuka
18. al-Alim Maha Mengetahui
19. al-Qabidh Maha Memegang
20. al-Basith Maha Menghamparkan
21. al-Khafidh Maha Memudahkan
22. ar-Rafi’ Maha Mengangkat
23. al-Mu’iz Maha Memuliakan
24. al-Muzil Maha Merendahkan
25. as-Sami’ Maha Mendengar
26. al-Bashir Maha Melihat
27. al-Hakam Maha Bijaksana
28. al-Adlu Maha Adil
29. al-Latif Maha Halus
30. al-Khabir Maha Selidik
31. al-Halim Maha Penyantun
32. al-Azhim Maha Agung
33. al-Ghafur Maha Pengampun
34. as-Syakur Maha Mensyukuri
35. al-Aliyya Maha Tinggi
36. al-Kabir Maha Besar
37. al-Hafizh Maha Melindungi
38. al-Muqith Maha Menentukan
39. al-Hasib Maha Memperhitungkan
40. al-Jalil Maha Utama
41. al-Karim Maha Mulia
42. al-Raqib Maha Pengawas
43. al-Mujib Maha Memperkenankan
44. al-Wasi’ Maha Luas
45. al-Hakim Maha Bijaksana
46. al-Wadud Maha Cinta
47. al-Majid Maha Jaya
48. al-Ba’its Maha Pembangkit
49. as-Syahid Maha Menyaksikan
50. al-Haq Maha Hak
51. al-Wakil Maha Mengatasi
52. al-Qawiyyu Maha Kuat
53. al-Matin Maha Teguh
54. al-Waliyyu Maha Setia
55. al-Hamid Maha Terpuji
56. al-Muhshi Maha Menghitung
57. al-Mubdi’u Maha Memulai
58. al-Mu’id Maha Mengembalikan
59. al-Muhyi Maha Menghidupkan
60. al-Mumit Maha Mematikan
61. al-Hayyu Maha Hidup
62. al-Qayyim Maha Tegak
63. al-Wajid Maha Mengadakan
64. al-Maajid Maha Mulia
65. al-Wahid Maha Esa
66. al-Ahad Maha Esa
67. as-Shamad Maha Pergantungan
68. al-Qadir Maha Kuasa
69. al-Muqtadir Maha Pemberi Kuasa
70. al-Muqaddim Maha Mendahulukan
71. al-Muakhir Maha Mengakhirkan
72. al-Awwal Maha Permulaan
73. al-Akhir Maha Kemudian
74. az-Zhahir Maha Zhahir
75. al-Bathin Maha Bathin
76. al-Wali Maha Melindungi
77. al-Muta’alli Maha Meninggikan
78. al-Barr Maha Penyantun
79. at-Tawwabu Maha Penerima Tobat
80. al-Muna’am Maha Pemberi nikmat
81. al-Muntiqam Maha Pembela
82. al-Afuwwu Maha Pemaaf
83. ar-Ra’uf Maha Belas Kasih
84. Malikul-Muluk Maha Raja di raja
85. Zul Jalali Wal Ikram Maha Luhur dan Mulia
86. al-Muqsith Maha Menimbang
87. al-Jami’ Maha Mengumpulkan
88. al-Ghani Maha Kaya
89. al-Mughni Maha Mengkayakan
90. al-Mani Maha Menghalangi
91. ad-Dharr Maha Memudharatkan
92. an-Nafi’ Maha Pemaaf
93. an-Nur Maha Cahaya
94. al-Hadi Maha Menunjuki
95. al-Badi Maha Pencipta yang baru
96. al-Baqi Maha Kekal
97. al-Warits Maha Pewaris
98. ar-Rasyid Maha Cendikiawan
99. as-Shabur Maha Penyabar